Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa yang kaya dengan variasi dan tingkat keformalan. Untuk benar-benar menguasai bahasa ini, penting untuk memahami perbedaan antara ngoko, krama, dan krama inggil. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi rahasia jago bahasa Jawa dengan mempelajari ketiga tingkatan tersebut.
1. Ngoko: Bahasa Sehari-hari yang Santai
Ngoko merupakan bentuk bahasa yang digunakan dalam situasi sehari-hari yang santai. Dalam ngoko, kosakata sering kali disingkat atau disederhanakan. Ini adalah bentuk bahasa yang paling umum dan digunakan antara teman sebaya atau dalam percakapan sehari-hari dengan orang-orang di sekitar kita.
Sebagai contoh penggunaan ngoko:
“Sugeng enjing! Kabare?” (Selamat pagi! Apa kabar?)
“Aku arep mangan nang warung iki.” (Aku ingin makan di warung ini.)
2. Krama: Bahasa Formal dan Hormat
Krama adalah tingkatan bahasa Jawa yang lebih formal dan digunakan dalam situasi yang memerlukan kehormatan atau kesopanan. Krama sering digunakan dalam percakapan dengan orang yang lebih tua, atasan, atau dalam konteks resmi seperti acara adat atau pidato resmi.
Penggunaan krama sering kali melibatkan penggantian kata-kata dengan bentuk yang lebih rumit dan panjang. Itu juga melibatkan penggunaan frasa kehormatan seperti “Kulo” (saya) daripada “Aku”.
Contoh penggunaan krama:
“Sugeng dalu saking Gusti.” (Permisi datang dari Tuhan.)
“Kulo sampun siap kagem pangapura.” (Saya sudah siap untuk menerima petunjuk.)
3. Krama Inggil: Bahasa Sangat Formal untuk Orang Penting
Krama Inggil merupakan tingkatan bahasa Jawa yang paling formal dan terbatas pada situasi-situasi tertentu saja. Bahasa ini digunakan dalam percakapan dengan orang-orang penting, seperti raja, bangsawan, atau tokoh agama.
Penggunaan krama inggil dapat sangat kompleks dan terdiri dari kosakata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Untuk menguasai tingkatan ini, diperlukan pemahaman mendalam tentang tata bahasa dan kata-kata yang jarang digunakan.
Contoh penggunaan krama inggil:
“Kawula kawos dalem Gusti, badhé nyuwun pangapuntenipun saking Gusti.” (Hamba yang hina ini, memohon maaf kepada Tuhan.)
“Kulo nuwun sewu saking Gusti, sami memayu hayuning bawana.” (Saya berterima kasih kepada Tuhan atas segala yang telah diberikan.)
Dengan menguasai ngoko, krama, dan krama inggil, Anda akan dapat berkomunikasi dengan lancar dalam berbagai situasi dalam bahasa Jawa. Penting untuk menghormati dan menggunakan tingkatan yang tepat sesuai konteksnya. Jadi, mulai belajar dan eksplorasi lebih lanjut tentang bahasa ini yang unik!